Ibu Hamil Irene Sokoy Meninggal usai Ditolak Beberapa RS Di Jayapura, Gubernur Papua minta Evaluasi


JAYAPURA, TEBINGDOGIYAI.Com - Irene Sokoy ibu hamil asal Kampung Hobong, Sentani, Kabupaten Jayapura yang meninggal bersama anaknya didalam perut akibat di tolak sejumlah Rumah Sakit di Kota dan Kabuaten Jayapura, Kamis, (20/11/2025).

‎Peristiwa tragis menimpa Irene Sokoy, ibu hamil asal Kampung Hobong, Sentani, yang meninggal bersama bayi dalam kandungannya setelah diduga mengalami penolakan layanan di beberapa rumah sakit di Kota Jayapura. Almarhumah dimakamkan pada Rabu, 19 November 2025.

‎Peristiwa ini memicu kemarahan publik di sejumlah media soaial, karena terjadi bukan di daerah terpencil, tetapi di tengah kota, dengan fasilitas kesehatan yang lengkap.

‎Kronologi: Ditolak Berulang Kali. Menurut keterangan keluarga, Irene mulai mengalami rasa sakit hebat pada dini hari. Sekitar pukul 03.00 WIT, keluarga membawa almarhumah menggunakan speedboat dari Kampung Kensio ke RS Yowari untuk melahirkan.

‎Dari sana ia dirujuk ke RS Abepura, namun disebut tidak mendapatkan pelayanan. Keluarga kembali mencari pertolongan ke RS Dian Harapan, tetapi juga dikabarkan tidak dilayani.

‎Kesempatan terakhir mereka adalah RS Bhayangkara, namun pihak rumah sakit menyebut kamar penuh. Ruang VIP tersedia, tetapi keluarga harus membayar Rp4 juta terlebih dahulu sebelum pasien masuk. Sementara tindakan operasi disebut memerlukan biaya Rp8 juta, dan keluarga ‎tidak siap dengan dana tersebut.

‎Irene akhirnya kembali dirujuk menuju RS Dok II Jayapura, namun nyawanya tidak tertolong. la meninggal dalam perjalanan, dengan bayi yang belum sempat diselamatkan.

‎Gubernur Papua, Mathius Fakiri menegaskan bahwa tidak ada lagi penolakan pasien di fasilitas kesehatan, termasuk puskesmas.

‎"Ini adalah amanat undang-undang. Jika ada lagi yang menolak pasien, akan ada sanksi," tegas Fakir Gubernur Papua.

‎Gubernur yang akrab disapa MDF ini minta Evaluasi akan dilakukan bersama para dokter dan rumah sakit, serta pemerintah daerah.

‎"Semua direktur rumah sakit dan pemerintah daerah diminta untuk mengambil langkah yang sama, yaitu melayani pasien terlebih dahulu tanpa mempertanyakan kapasitasnya," pungkasnya. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama